HarianPadang.com-Unjuk rasa mahasiswa Fakultas Teknik Pertanian Universitas Andalas (Fateta Unand) Senin (3/12) kembali terjadi. Aksi yang diikuti oleh ratusan mahasiswa Fateta tersebut menuntut janji Rektor Unand, Werry Darta Taifur, menindak-lanjuti permintaan mahasiswa untuk menurunkan Dekan Fateta Fauzan Azima dari kursi kepemimpinannya.
Sebelumnya, Kamis (29/1) kemarin, dalam aksi unjuk rasa serupa, rektor berjanji dalam waktu 5 x 24 jam akan melakukan evaluasi atas lima tuntutan yang diajukan oleh mahasiswa Fateta.
Diantara tuntutan tersebut adalah agar sesegera mungkin Dekan Fateta diturunkan karena ia dianggap oleh mahasiswa tidak berlaku adil atas dana 15 miliar rupiah yang seharusnya diperuntukkan untuk 10 laboratorium di dua program studi, yaitu Program Studi Teknologi Hasil Pertanian dan Program Studi Teknik Pertanian.
Gubernur BEM Fateta Mardiansyah, Kamis lalu menjelaskan, dana tersebut pada kenyataannya di lapangan hanya direalisasikan untuk laboratorium satu program studi. “Laboratorium Prodi THP dan Prodi TEP terdapat perbedaan yang mencolok. Hal ini diperkuat dengan fakta lapangan, misalnya jumlah komputer di Prodi THP sebanyak 11 unit
dengan matakuliah yang menggunakan fasilitas tersebut hanya dua mata kuliah. Sementara di Prodi TEP hanya 4 buah komputer yang dipakai untuk 7 matakuliah,” katanya.
Seharusnya, tambah Mardiansyah, dana tersebut bukan hanya untuk satu program studi saja, tapi untuk semua labor Fateta yang ada di dua program studi. “Selain minta transparasi dana pengadaan alat laboratorium, kita juga minta dekan melakukan transparasi terhadap dana kegiatan yang setahun ini tidak diturunkan oleh dekan,” terangnya.
Dalam aksi demo yang dumulai kira-kira pukul 11.00 WIB sampai 14.00 WIB tersebut, mahasiswa melakukan aksi teatrikal dengan mengarak keranda jenazah yang dihiasi karangan bunga yang terdapat foto dekan mereka Fauzan Azima. Aksi dimulai dari Dekanat Fateta sampai gedung Rektorat Universitas Andalas. Keranda yang merupakan perlambang matinya hati nurani tersebut, diarak bersama-sama dengan iringan traktor.
Azmi Uzandy, mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian yang juga merupakan Presiden BEM KM Unand dalam orasinya di gedung Rektorat Unand berkali-kali menyerukan agar rektor turun dan agar secepatnya dekan fakultas mereka diturunkan. Dari pantauan Haluan, aksi unjuk rasa damai tersebut, mahasiswa yang tidak tahan karena rektor belum juga turun berusaha untuk memasuki gedung rektorat.
Dekan Fateta Dinonaktifkan
Rektor Unand Werry Darta Taifur yang menemui kerumunan mahasiswa saat unjukrasa di depan rektorat tersebut diberikan pertanyaan bertubi-tubi oleh mahasiswa Fateta. Azmi Uzandy sendiri mempertanyakan apakah dekan fakultas mereka tersebut hingga saat demo berlangsung sudah mengirimkan surat pengunduran diri pada rektor.
Azmi melanjutkan, bahwa mahasiswa Fateta menuntut agar saat itu juga (kemarin—red) rektor harus memutuskan agar menonaktifkan Dekan Fateta. “Kami datang kesini agar rektor dapat mengambil sikap, bahwa dekan kami harus diturunkan sekarang juga. Jika harus menunggu rapat senat, dekan harus dinonaktifkan saat ini juga,” katanya
Namun pada saat tersebut Werry Darta Taifur menyatakan bahwa Fauzan Azima belum memberikan surat pengunduran diri dan berharap mahasiswa bisa berpikir tenang dan tidak gegabah dalam mengambil sikap. “Sampai saat ini dekan tidak menyerahkan surat pengunduran diri. Adapun proses penurunannya harus melalui rapat senan fakultas dan sudah diagendakan hari Rabu (5/12) depan,” kata rektor.
Mahasiswa yang kecewa dengan keputusan tersebut tetap memaksa saat itu juga dekan mereka diturunkan. “Ini semua harus melalui proses, ada jalur yang harus ditempuh. Namun saya akan mengambil alih Fakultas Teknologi Pertanian sampai persoalan ini selesai,” terang Werry.
Meski pernyataan rektor tentang pengambilalihan pimpinan tertinggi di fakultas tersebut bukanlah penonaktifan, mahasiswa yang berunjuk-rasa tersebut menganggap pernyatan tersebut adalah penonaktifan. “Rektor sudah menyatakan dia mengambilalih tugas Dekan Fateta, berarti hari ini dekan sudah nonaktif dari jabatannya,” terang Azmi Uzandy.
Pernyataan rektor tersebut membuat mahasiswa sedikit lega. Andika Ridha Putra yang merupakan Wakil Gubernur BEM Fateta menyatakan mahasiswa akan terus mengawal kasus ini hingga selesai. Jika hasil rapat senat memutuskan bahwa Dekan Fateta tidak diturunkan dari jabatannnya, mahasiswa berjanji akan melakukan aksi sampai dekannya tersebut diturunkan.
Tentang kasus pemukulan terhadap Gubernur BEM Fateta Mardiansyah yang terjadi saat unjuk rasa beberapa waktu lalu, Andika menyatakan bahwa kasusnya sudah diajukan ke Polresta Padang dan sedang dalam proses. “Kami tetap mengawal kasus itu. Sampai saat ini Mardiansyah tidak bisa ke kampus karena bagian belakang kepalanya masih sakit dan mengalami trauma,” terang Andika.
Erigas salah seorang dosen Fateta menyatakan bahwa rentetan aksi mahasiswa yang terjadi sudah berapa kali tersebut tidak mengganggu proses perkuliahan di fakultas tersebut. (haluan/sha/zal)
Posting Komentar