admin admin Author
Title: Bencana Kabut Asap
Author: admin
Rating 5 of 5 Des:
Oleh Riwayat Guru PAI SMPN 21 Padang Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. Maka tunggulah hari ketika langit membawa ka...

Oleh Riwayat
Guru PAI SMPN 21 Padang

Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, lenyapkanlah dari Kami azab itu. Sesungguhnya Kami akan beriman".(QS. Ad Dukhaan:10-12).

Dari terjemahan ayat  tersebut dapat dipahami bahwa azab  Allah dapat berupa kabut asap. Kabut mempunyai arti kelam; suram; tidak nyata. Sedangkan asap  merupakan hasil dari pembakaran. Kabut asap  merupakan hal yang membuat hati seseorang, keadaan seseorang kelam, suram, resah dan gelisah. Kabut asap menjadi bencana, sehingga yang merasakan danmengalamai kabut asap akan merasa gelisah dan gelisah. Bahkan menimbulkan banyak sumpah serapah di tengah masyarakat.  
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, mengomentari QS. Ad Dukhaan:10-12, bahwa ini berbicara tentang keesaan Allah, tentang kuasa  Allah terhadap alam raya ini. Allah yang mengendalikan alam raya ini, akan tetapi banyak manusia yang enggan meyakininya, dan bahkan terkesan bermain-main dan ragu-ragu akan keesaan, kekuasaan Allah.  banyak manusia yang bermain-main, beraktivitas yang tidak mempunyai tujuan yang benar sesuai dengan aturan dan ketentuan Allah. aktivitasnya banyak tidak bermanfaat, baik bagi diri apalagi berguna bagi orang lain. Konsekuensi dari sikap  main-main tersebut akan dibalas Allah  dengan azab yang pedih.
Kabut asap  dalam Al-Quran disebut dengan dukhon. Mengenai makna dukhon dalam ayat ini banyak ulama berbeda pendapat. Pertama,  ada yang mengartikan dukhon dengan makna bagaikan kabut asap, maksudnya adalah maksudnya adalah debu yang berterbangan dari tanah akibat kekeringan yang berkepanjangan. Kedua, makna dari dukhon dalam ayat tersebut adalah  debu-debu yang berterbangan ke atas, akibat banyak kuda-kuda yang berlari dalam perang Badr, tidak kurang dari tujuh puluh tokoh Musyrikin tewas, dan Islam mendapatkan kemenangan dalam perang tersebut. Ketiga, ada yang menyatakan makna dukhon yang dimaksud dalam ayat tersebut belum akan terjadi, dukhon akan muncul ketika menjelang kiamat.
Quraish Shihab lebih cenderung kepada pendapat pertama, yaitu kabut asap yang ditimbulkan kekeringan yang berkepanjangan. Penulis juga lebih cenderung  pendapat pertama. Hal ini tentunya juga diperkuat oleh realitas saat ini bahwa kabut asap dapat terjadi kapan saja, terutama ketika  terjadi kekeringan yang berkepanjangan, kekeringan yang berkepanjangan akan  menimbulkan tanah kering dan berdebu, dan ketika datang angin kencang, maka debu tersebut akan berterbangan. Termasuk juga keinginan instan manusia dalam membersiha ladang dan lahan mereka, dengan cara membakarnya.
Kebakaran  hutan dan lahan  terjadi hampir setiap tahun. Sehingga menimbulkan kabut asap. Kabut asap  telah menjadi bencana bagi masyarakat, aktivitas terganggu, dan menimbulkan banyak penyakit. Berdasarkan Pantauan satelit NOAA18 titik ada 145 titik api di Riau. Konsentrasi titik api di Bengkalis 38, Meranti 20, Siak 19, Pelalawan 19, Dumai 17, Inhil 15, Rohil 14, dan Kuansing 3. Akibat kebakaran tersebut  banyak warga  terkena penyakit akibat asap. Paling tidak  41.589 jiwa menderita ispa, 1.544 jiwa menderita asma, 1.385 jiwa iritasi mata, 2.084 jiwairitasi kulit, dan 862 jiwa pneumonia. (Tribunnews.com).
Kabut asap merupakan ulah pribadi, tetapi akibat yang ditimbulkan tidak lagi individu, tetapi melibatkan  kepentingan umum, kepentingan masyarakat luas.  Dalam Al-Quran telah dinyatakan bahwa kesalahan individu dapat memicu azab Allah, yang azab tersebut tidak ditanggung oleh pelaku saja, tetapi orang lain yang tidak melakukan pun akan terkena azab tersebut. Allah berfirman, yang artinya: Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, Maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan Allah sekali-kali tidak hendak Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.s. Al-Ankabut:40)
Jika ditelusuri,   bencana yang kita alami  ternyata muaranya dari diri kita sendiri. Manusialah  sebenarnya yang mengundang bencana. Allah berfirman: Dan apa saja musiban yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. (Q.s. As-Syura:30).
Akan tetapi,  banyak diantara kita yang lupa diri. Dan tidak peduli terhadap akibat perbuatannya.lupa diri bahwa perbuatannya  akan berakibat  bukan hanya bagi dirinya, akan tetapi juga berakibat untuk banyak orang.  Menyebar  bukan hanya di kediamannya, akan tetapi ke lingkungan yang lebih luas. Rasulullah saw bersabda,“Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, belajar bukan karena agama, tetapi untuk meraih tujuan duniawi semata, suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasik menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhiaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin. Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa, longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya.”(HR. Tirmidzi).
Perilaku yang tidak terkontrol, perilaku melawan aturan Allah, hukum Allah akan menjadi penyumbang besar datangnya bencana di bumi ini. kebanyakan  manusia melupakan akibat buruk dari perilakunya.
Satu orang, sekelompok orang yang berbuat  melawan aturan Allah, akibatnya bukan mereka saja yang terkena imbasnya akan tetapi melibatkan banyak orang. Allah berfirman artinya, "Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya." (Q.s. An-Nahl: 61).
Meskipun yang berbuat segelintir orang, akan tetapi azabnya  untuk banyak orang.  Jika dilihat dari sudut pandang  manusia, hal ini tidak adil, akan tetapi jika dilihat dari sudut pandang  Ilahi, barangkali ini yang terbaik. Nabi Muhammad Saw bersabda,"Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah menimpa seorang mukmin suatu kesulitan, cobaan, gelisah dan kesedihan kecuali Allah hapuskan darinya dengan aneka musibah itu semua kesalahan-kesalahannya, sampai duri yang menusuknya pun diganjar seperti itu." (HR Bukhari). Walaupun, membakar hutan, membakar lahan adalah ulah segelintir orang, akan tetapi akibatnya  bukan saja secara   kualitas sosial, akan tetapi berujung kepada kualitas  keagamaan seseorang.
Sikap tidak taat aturan dan hukum, bukan sekadar berakibat secara sosial individu, seseorang, tetapi juga secara religius individu tersebut. Pada hakekatnya, ketika seseorang melanggar aturan Allah, maka biasanya aturan manusia akan mudah dilanggarnya. Ketika aturan manusia dilanggar akibatnya, bukan sekedar urusan duniawi, akan tetapi juga terkait dengan urusan ukhrowi.
Bencana dalam pandangan orang beriman, adalah berasal dari sikap manusia yang melawan dan melanggar aturan Allah, yang akibatnya akan kembali kepada manusia sendiri. Didi lain, apapun benaca yang dialami oleh orang beriman  akan selalu berakibat positif, hanya jika disikapi dengan  sudut pandang   Ilahiyah. Dan bukan dalam sudut pandang insaniyah.  
Hal ini dapat dicermati dari hadis Nabi sebagai berikut: Dari 'Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata, "Maukah aku kabarkan kalian dengan ayat paling utama di dalam Kitabullah yang disampaikan Rasulullah Saw kepada kami, yaitu dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).  Rasulullah Saw bersabda, Aku akan menafsirkannya untukmu wahai Ali, "Apapun yang menimpa kalian berupa penyakit, siksaan, atau bencana di duania, maka itu semua akibat perbuatan kalian, dan Allah lebih bijak daripada mengulangi siksaannya atas kamu nanti di akhirat. Dan apa yang telah Allah maafkan di dunia, maka Allah lebih bijak untuk kembali (menyiksamu) setelah dimaafkannya." (HR Ahmad dan Ibnu Hatim)
Agar kita terhindar darai berbagai bencana, perlu kita kembali kepada Allah. hanya dengan kembali kepada Allah semua akan menjadi baik. Kembali kepada ajaran-Nya, kembali kepada aturannya. Sebab semua adalah dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Allah berfirman yang artinya sebagai berikut: dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”.(QS. Al-Baqarah: 155-156)





About Author

Advertisement

Posting Komentar

Popular Posts

 
Top